Seorang ibu masuk ke sebuah restoran bersama seorang anak perempuan yang masih kecil. Ia memesan beberapa macam masakan yang mahal-mahal. Setelah selesai makan, ibu itu menuju ke kasir. Sambil merogoh kantong ia berkata, “Aduh, dompet saya ketinggalan di mobil !”. Lalu ia berkata kepada anak kecil yang bersamanya, “Nak, kamu tunggu di sini dulu, ya!” Kepada petugas kasir ia juga berkata, “Sebentar ya, saya ambil dompet saya di mobil. Saya akan segera kembali.”

Ibu itu pun segera bergegas keluar. Tunggu punya tunggu, setelah 30 menit lebih ibu itu belum kunjung kembali, petugas kasirpun bertanya kepada anak kecil yang masih menunggu di situ, “Di mana ibumu memarkir mobilnya ?” Anak itu menjawab dengan enteng, “Entahlah, dia bukan ibu saya kok. Saya sama sekali tidak kenal dia. Tadi saya ketemu dia di depan restoran ini dan dia ngajak saya kemari untuk makan bersama. Karena tadi saya lapar sekali, ya saya mau saja!” Rupanya ibu tersebut adalah seorang penipu. Ia berjanji akan kembali, namun itu hanyalah kedok untuk melarikan diri.

Menjelang kenaikan-Nya ke surga, Yesus juga berjanji kepada para murid bahwa Ia akan kembali lagi. Ia bukanlah penipu sebagaimana kisah ibu di atas. Yesus sudah membuktikan Diri-Nya sebagai Pribadi yang bukan mencari keuntungan Pribadi,. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan melayani. Ketika Ia berkata, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yoh. 14:18) para murid meskipun sedih karena akan berpisah dengan Sang Guru entah sampai kapan, namun mereka percaya kepada-Nya, Ia tidak berdusta. Demikian pula dengan kita, kita tidak perlu ragu terhadap janji-Nya, Ia pasti akan datang kembali dan membawa kita bersama-Nya.