Ada kalimat yang berbunyi: “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga”? Kalimat ini sebenarnya sangat ambigu. Di satu sisi sangat ingin hidup sesuka hati tanpa melibatkan Tuhan tapi di sisi lain masih merasa perlu Tuhan di satu waktu. Biasanya orang akan mencari Tuhan pada masa tua atau jika mengalami masa krisis tertentu. Orang dapat saja berkata, “buat apa Tuhan, nanti saja, sekarang menikmati hidup dulu, nanti baru tobat.” Tentu sikap demikian ada beberapa persoalan.

Pertama, kesempatan untuk mencari Tuhan tidak selalu ada. Yesus menceritakan kisah orang kaya yang bodoh yang sibuk mendirikan lumbung-lumbung gandum untuk bersenang-senang. Ironisnya, dia tidak sadar bahwa malam itu juga dia akan mati (Lukas 12:13-21). Orang yang Tuhan Yesus ceritakan ini tidak sempat bertobat. Dia sukses di mata dunia, namun dia kehilangan hidup kekal bersama Tuhan.

Kedua, tidak ada jaminan di masa tua atau masa krisis, kita mau mencari Tuhan. Tak bisa disangkal karena terbiasa mengandalkan diri sendiri maka hati bisa menjadi terlalu keras untuk berbalik kepada Tuhan. Penderitaan tidak lagi memberi efek jera yang harusnya merendahkan hati untuk bertobat. Penderitaan terkadang bisa membuat kita makin marah dengan Tuhan di tengah kehidupan ini. Kitab Wahyu misalnya menggambarkan bagaimana Tuhan mengirimkan malapetaka, namun orang-orang malah tetap menghujat Allah (Wahyu 16:9).

Lalu bagaimana seharusnya? Waktu yang paling tepat untuk bertobat dan mencari Tuhan adalah selalu hari ini. Jangan menunda berbalik kepada Kristus. Kabar baiknya adalah Tuhan selalu siap menerimamu kembali! Datang kepada Yesus dan percaya Injil-Nya! Mari jangan tunda lagi! Amin.