Kebanyakan orang ketika berada pada titik penguasa seringkali mencari pengakuan dengan merendahkan atau mengancam orang lain. Dan apabila ada seseorang yang kehadirannya lebih diakui oleh banyak orang, serta dianggap berbahaya mengancam kekuasaannya. Maka berbagai cara dapat dilakukan untuk menyingkirkan orang tersebut. Intinya, kekuasaan dan hasrat pengakuan itu berbahaya, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi.

Mereka mencari celah-celah logika dari hukum Taurat untuk menjatuhkan Yesus dengan pertanyaan, sehingga mereka dapat menyalahkan Yesus. Dan karena hasrat ingin menjatuhkan tersebut membuat mereka menjadi dungu. Bagaimana tidak? Mereka bertanya kepada Yesus tentang hukum mana yang terutama di dalam Taurat. Yesus tentu juga tak mau terjebak pada pertanyaan tersebut. Yang seakan sedang mengajak untuk memfavoritkan salah satu hukum dari 10 hukum Allah dalam Taurat.

Yesus menjawab dengan hikmat, bahwa inti utama dari seluruh hukum Taurat ialah KASIH. Kasih kepada Tuhan Allah dan sesama manusia. Jawaban Yesus menyadarkan mereka soal sinkronisasi semua hukum, dan seluruh hukum Allah itu penting bukan hirarkis mana yang tertinggi mana yang terendah. Intinya, jika mereka mengasihi Tuhan seharusnya tercermin dari cara mereka mengasihi sesama, begitu pula sebaliknya ketika mereka mengasihi sesama manusia sejatinya mereka sedang menyatakan kasih Tuhan. Maka dengan sendirinya, jawaban Yesus tersebut menegur dan sekaligus menampar mereka. Karena pertanyaan yang mereka ajukan, sejatinya justru adalah penghinaan terhadap Taurat yang mengajarkan Kasih.

Renungan Hari ini mengajak kita untuk mawas diri, sebab sangat mungkin bagi kita berbicara "atas nama Tuhan" dan mencari-cari celah dengan Firman Tuhan untuk menghajar orang lain. Kebutuhan untuk dicintai yang dapat dipuaskan dengan penerimaan dan pengakuan orang lain adalah hal yang normal. Tetapi, janganlah hal ini membawa kita kepada hasrat kekuasaan yang toxic, apalagi membuat kita mengatasnamakan Tuhan untuk berbuat jahat terhadap sesama. Sejatinya, kasih yang Alkitab ajarkan tidak bersifat hierarkis melainkan holistik dan integratif antara mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesama. Mari terus belajar mengasihi Allah, diri, dan sesama dengan benar.