GKMI
search

5/6/2025

Kasih yang Dinyatakan

1 Kor 13

Malam itu, Hendra berangkat tidur dengan perasaan berkecamuk. Sepanjang hari, hatinya belum juga tenang karena konflik kecil yang terjadi dengan istrinya. "Setelah sekian tahun bersama, mengapa kamu masih pelit sih?" begitu perkataan yang meluncur dari bibir wanita yang selama ini sangat ia kasihi. Ucapan itu terasa seperti anak panah yang menembus hatinya. Hendra merasa jerih lelahnya bekerja dan berusaha membahagiakan keluarganya seakan-akan tidak dihargai. Namun, di tengah rasa kecewanya, Hendra memilih untuk menahan diri. Ia tidak membalas dengan kata-kata kasar atau kemarahan. Ia memilih untuk mengampuni istrinya, sebab ia tahu, kasih yang sejati bukan hanya tentang perasaan, melainkan tentang keputusan untuk tetap mengasihi di tengah kekecewaan.

Pelajaran tentang kasih sangat lekat dengan kehidupan kekristenan. Kita hafal tentang kasih, kita mendengar tentang kasih di gereja, bahkan kita mengajarkannya kepada anak-anak kita. Namun, dalam praktiknya, hidup dalam kasih sering kali jauh lebih sulit daripada yang kita bayangkan. Terutama ketika luka itu datang dari orang yang paling dekat dengan kita — keluarga, sahabat, atau orang yang kita kasihi. Justru dalam momen-momen seperti itulah kualitas kasih kita diuji: apakah kasih itu sekadar konsep indah di pikiran, atau sungguh nyata dalam tindakan kita?

Dalam 1 Korintus 13, Rasul Paulus menggambarkan kasih sejati bukan sebagai perasaan sementara, melainkan karakter yang kuat: kasih itu sabar, murah hati, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih sejati memilih untuk memaafkan, bahkan saat hati masih merasa sakit. Kasih tidak menuntut pembalasan, tetapi merangkul dengan pengampunan. Ini adalah kasih yang bertumbuh bukan karena semua berjalan baik, melainkan justru diuji dan dimurnikan melalui tantangan dan luka.

Dunia mengajarkan bahwa kesalahan harus dibalas, bahwa luka harus diingat, bahkan sampai akhir hayat. Namun, sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk berjalan melawan arus dunia. Kita dipanggil untuk mengasihi seperti Kristus — yang mengampuni bahkan ketika disakiti, yang tetap setia bahkan ketika dikhianati. Ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi Tuhan sendiri yang memampukan kita melalui kuasa Roh Kudus-Nya. Ketika kita memilih untuk mengasihi dalam situasi tersulit, dunia akan melihat perbedaan dalam hidup kita — perbedaan yang memuliakan nama Tuhan.

Kasih yang dinyatakan bukan hanya memperbaiki hubungan kita dengan sesama, tetapi juga membentuk hati kita menjadi serupa dengan hati Kristus. Semakin kita belajar mengasihi, semakin kita memahami betapa dalam dan luasnya kasih Tuhan kepada kita.


Pembacaan GEMA hari ini:

Yoh 5:1-23


Pokok Doa:

1. Doakan untuk persiapan pemilihan Majelis periode 2026-2028 kiranya Tuhan Yesus berjalan dengan baik

Bagikan

Lainnya

Subscribe ke Renungan Harian GKMI Anugerah

Dapatkan panduan pertumbuhan iman harian dari GKMI Anugerah di WhatsApp Anda.