GKMI
search

2/3/2023

Lambat, Why Not?

Yak. 1:19-20, Pengkh 3:11

Dalam dunia yang serba kompetitif seperti saat ini manusia dituntut menjadi yang terbaik atau setidaknya lebih unggul daripada yang lain. Dan yg dimaksud sebagai yang terbaik adalah tercepat dan terkuat. Berbagai perusahaan komunikasi berlomba menyediakan sinyal yang paling kuat dan cepat. Dalam dunia olahraga, seorang pelari membuktikan dirinya juara ketika mencapai finish dengan catatan waktu tercepat. Dalam kehidupan sehari-hari ungkapan siapa cepat, dia dapat sudah tidak asing di telinga kita. Siapa yang lebih cepat dibandingkan orang lain, dialah yang akan mendapatkan apa yang diinginkannya.

Hal itu membuat kita lupa bahwa dalam hidup ini terkadang lambat juga diperlukan. Lagipula, Tuhan menciptakan siput yang jalannya sangat lambat tentu ada tujuannya bukan? Di dalam Alkitab, menjadi lambat tidak sama dengan lamban. Lamban adalah sifat atau karakter yang identik dengan kemalasan. Ams. 10:4 berkata, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Tuhan mencela kemalasan sehingga nasihat Salomo yang terkenal berkata, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” (Ams. 6:6).

Sebaliknya, dalam hal tertentu Firman Tuhan menganjurkan kita untuk menjadi ‘lambat’ yakni lambat untuk berkata-kata dan lambat untuk marah, oleh karena marah tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (Yak. 1:19-20). Inilah prinsip kita mengembangkan kesabaran sebagai pengikut Kristus, khususnya dalam relasi kita dengan sesama baik dalam lingkup keluarga, pekerjaan dan pelayanan.

Dalam banyak hal, melakukan sesuatu dengan cepat dan terburu-buru akan merugikan diri sendiri oleh karena terkadang pikiran kita perlu waktu untuk berpikir dengan tenang sehingga dapat membuat perencanaan yang matang. Ketenangan sekaligus akan memberi kita kesempatan memperbaiki kesalahan, mumpung langkah kita belum terlalu jauh. Bagi para pemuda, menikah cepat di usia lebih muda tidak menjadikan anda lebih baik dari mereka yang menikah lebih lambat. Demikian pula ilmu kesehatan berkata makanan yang dikunyah 32 kali sebelum ditelan akan lebih menyehatkan bagi tubuh dibandingkan makan terburu-buru yang hanya dikunyah 5 kali. Lagipula, apa gunanya punya makanan lezat kalau tidak bisa dinikmati bukan?

Lambat juga tidak akan membuat kita terlambat. Supaya tidak terlambat ke sekolah atau kantor bukan dengan mengemudikan kendaraan lebih cepat, namun berangkat lebih awal. Mindset kita perlu diubah. Terkadang kita menilai Tuhan bekerja dengan lambat, tapi sesungguhnya Ia tak pernah terlambat oleh karena “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya...” (Pengkh. 3:11). Masalahnya ada pada mindset kita yang tidak mau menanti pertolongan Tuhan dalam waktu Tuhan sehingga yang berkembang dalam diri kita bukan iman percaya melainkan kekuatiran. Ketika bangun pagi, pernahkah kita kuatir Tuhan akan terlambat menerbitkan matahari hari ini? Tidak bukan? namun dalam banyak hal kita kuatir Tuhan akan terlambat menolong kita. Memang selama masa penantian itu Tuhan mengajar kita  untuk tekun berdoa, belajar percaya kepada-Nya termasuk mengintrospeksi diri. Jadi, jangan takut dengan hal-hal yang nampaknya lambat asalkan jangan menjadi lamban, tetap tekun dan percaya akan pertolongan Tuhan yang tidak akan terlambat. Amin.


Pembacaan GEMA hari ini:

Mat. 22:34-23-12


Pokok Doa:

1. Berdoa bagi pemimpin bangsa kami, Indonesia. Presiden, DPR, hingga para pimpinan di bawahnya. Kiranya Tuhan Yesus memberi mereka hikmat, sifat bijaksana, kejujuran, sifat yang adil dan juga sikap yang takut Tuhan. Dengan demikian, mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Bagikan

Lainnya

Subscribe ke Renungan Harian GKMI Anugerah

Dapatkan panduan pertumbuhan iman harian dari GKMI Anugerah di WhatsApp Anda.