11/29/2024
Memilih yang Benar
Kejadian 50:19-20, "Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."
Kisah Yusuf merupakan salah satu kisah dalam Alkitab yang sangat mengesankan. Penderitaan yang disebabkan oleh rasa iri hati saudara saudaranya menyebabkan ia mengalami berbagai penderitaan. Ia dijual, dijadikan budak, dan bahkan dijebloskan ke penjara atas tuduhan palsu. Berharap keadaannya membaik kala menafsirkan mimpi juru minuman istana, ternyata ia malah dilupakan dan kembali terkurung bertahun-tahun kemudian di dalam penjara. Ia menjadi korban dari perilaku orang-orang yang ada disekitarnya. Bukankah Yusuf memiliki alasan kuat untuk hidup dalam kepahitan dan menyimpan luka hatinya? Namun, ia tidak menyediakan ladang hatinya untuk benih-benih tersebut. Tetapi ia memahami bahwa segala hal buruk yang ia terima telah menyiapkan dirinya untuk rencana Tuhan yang indah di kemudian hari. Ia telah mengubah luka hatinya menjadi hikmat, dengan mengambil sikap positif dari setiap perlakuan negatif yang ia terima. Orang-orang terdekat kitalah yang memiliki potensi besar untuk menyakiti. Merekalah yang banyak kali mendamparkan kita ke lembah kedukaan, membuat pelangi hidup kita menjadi awan mendung.
Ternyata Yusuf bukan satu-satunya tokoh Alkitab yang mengalami hal-hal buruk dalam kehidupannya. Sebagaimana Absalom dalam hidup Daud; Penina dalam kehidupan Hana; dan masih banyak lagi. Demikian juga setiap kita pasti pernah mengalami hal-hal menyakitkan dari orang-orang terdekat kita. Masalahnya bukan terletak dari apa yang kita alami tetapi bagaimana reaksi kita menghadapi hal-hal tersebut? Apakah kita menjadi marah dan mempersalahkan mereka atas luka hati yang ada dan merasa tidak pantas disakiti karena tidak melakukan kesalahan? Kita tidak dapat menjauhkan semua ketidakadilan hidup yang sepertinya tidak pantas kita terima. Yang dapat kita lakukan adalah meminta Tuhan mengajar kita menyikapi dengan benar setiap ketidakadilan hidup. Kita tidak dapat memilih apa yang akan kita alami dalam hidup, namun yang pasti Tuhan selalu memperhadapkan kita pada pilihan. Dan pilihan yang harus kita ambil nyata dalam pengajaran Yesus, Ampunilah kami … seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Pilihan yang benar akan mengarahkan kita pada sikap yang benar, yang akan menentukan berkat yang akan kita terima. Bagaimana jika Yusuf, Daud, Hana, dan lain-lain mengambil pilihan salah dalam menyikapi luka hati mereka? Yusuf tidak akan mengukir sejarah di dalam membawa bangsanya keluar dari bencana kelaparan, Daud tidak akan disebut sebagai orang yang dekat dengan hati Tuhan, Hana tidak akan menerima berkat luar biasa melalui anak-anak yang kemudia ia lahirkan. Janji-janji berkatNya hanya diberikan bagi mereka yang memilih untuk melepaskan pengampunan. Ketika kita memutuskan untuk mengasihi daripada membenci, mengampuni daripada sakit hati, bersukacita daripada memendam kemarahan, di situlah kita belajar menjalani hari-hari dengan kebahagiaan dan mengubah setiap luka hati menjadi berkat. Bukanlah hal mudah untuk melakukannya, namun sebuah pilihan harus tetap diambil. Menyimpan luka hati tidak akan mengubah apa yang telah terjadi, namun dengan melepaskan pengampunan maka kita dapat mengubah masa depan. Tentukanlah pilihan yang benar dan nikmatilah berkat-Nya! Amin.
Pembacaan GEMA hari ini:
Dan. 6
Pokok Doa:
1. Berdoa utk PIPKA, kiranya Tuhan Yesus memampukan mereka untuk melayani Tuhan Yesus melalui pemberitaan Injil dan pelayanan kasih bagi sesama.
Bagikan
Lainnya
Subscribe ke Renungan Harian GKMI Anugerah
Dapatkan panduan pertumbuhan iman harian dari GKMI Anugerah di WhatsApp Anda.