Sebentar lagi gereja Tuhan akan memperingati peristiwa Pentakosta, hari pencurahan Roh Kudus yang menjadi tonggak sejarah lahirnya gereja. Peristiwa supranatural yang merupakan penggenapan janji Bapa ini menjadikan para rasul sebagai pribadi yang tidak sama lagi. Petrus, murid yang pernah menyangkal Yesus karena takut diubahkan menjadi seorang pengkhotbah yang berani memberitakan nama Yesus di hadapan ribuan orang Yahudi (ay. 14). Roh Kudus bekerja dalam hati pendengarnya sehingga mereka bertobat dan dibaptis (ay. 41). Tuhan menyertai pelayanan para rasul dengan banyak mujizat dan tanda (ay. 43). Di sini kita belajar bahwa kehidupan dan pelayanan murid Krisus bukan bergantung kepada upaya kita merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik, namun karya Roh Kudus yang mengubahkan serta membaharui hati kita untuk senantiasa taat akan pimpinan-Nya.

Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus juga berkarya mengubahkan pribadi orang-orang tertentu yang dipilih Tuhan, Saul salah satunya. Setelah Samuel mengurapi Saul sebagai raja Israel, Alkitab berkata, “Sedang ia berpaling untuk pergi meninggalkan Samuel, maka Allah mengubah hatinya menjadi lain“ dan sejak saat itu Roh Allah berkuasa atasnya (1 Sam. 10:9-10). Namun sayang sekalia, ia tidak konsisten taat akan pimpinan Tuhan sehingga Tuhan harus menggantikannya dengan Daud.

Seperti para rasul, Allah rindu memakai hidup kita bagi kemuliaan-Nya. Bagian kita ialah terus mengijinkan Roh Kudus mengubahkan (mengajar, menghibur dan meneguhkan) hati kita seturut Firman-Nya sehingga Ia leluasa menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23) dan buah jiwa-jiwa yang mengenal-Nya Pertanyaannya, dalam hal apa saja Roh Kudus sudah mengubahkan hati kita ? Mari kita intropeksi dan mensyukurinya. Apakah hari demi hari kita dapat melihat buah karya-Nya melalui buah Roh dan buah jiwa-jiwa?