Gelaran Pemilu 14 Februari 2024 usai sudah. Kita bersyukur untuk Pemilu yang berlangsung damai. Hasil Quick Count menunjukkan paslon 02 Prabowo – Gibran unggul sementara, namun kita harus menunggu hasil real count dari KPU untuk mengetahui hasil sesungguhnya.

Apa pelajaran yang dapat kita petik dari setiap penyelenggaraan Pemilu 5 tahunan ini? Bahwa kita bisa tetap bersatu di tengah ketidakseragaman. Kita bisa tetap akur meskipun berbeda pilihan. Di masa lalu, khususnya di momen pemilihan guberner (pilgub) DKI Jakarta 2017 kita mendengar banyak kisah pilu mengenai diskriminasi kepada golongan masyarakat yang memilih calon gubernur tertentu. Demikian pula keluarga mengalami konflik karena pilihan politik yang berbeda. Bagi saya pribadi, inilah Pemilu pertama kalinya dimana saya dan orang tua memiliki pilihan paslon yang berbeda. Apakah lalu hal ini mengganggu relasi di antara kami? Tentu tidak, meskipun kami sempat berargumentasi mempertahankan pilihan masing-masing.

Kesatuan tidak harus terwujud dalam keseragaman. Mengapa? Karena Tuhan juga senang dengan perbedaan. Bukti paling jelas adalah tidak ada satupun sidik jari manusia yang Tuhan ciptakan sama. Bayi kembar identik sekalipun memiliki perbedaan. Lihatlah bunga beraneka warga, berbagai jenis pohon dan binatang di sekeliling kita, semua adalah ciptaan Tuhan yang indah.

Dalam bacaan hari ini rasul Paulus menganalogikan orang percaya yang berbeda dengan tubuh manusia yang terdiri dari banyak anggota. Ada mata, telinga, mulut, hidung dan banyak anggota lainnya namun semuanya tetap satu tubuh. Murid Kristus memiliki banyak hal berbeda (latar belakang, suku, denominasi gereja) namun semuanya dipersatukan dalam kasih Kristus. Mereka yang ada di belahan dunia lain, yang tidak kenal sekalipun menjadi saudara dalam Kristus. Oleh karenanya, jangan biarkan perbedaan atau ketidakseragaman itu menyebabkan perpecahan dalam gereja Tuhan karena tubuh Kristus meskipun berbeda tetap satu adanya. Amin.