GKMI
search

6/26/2025

Biarkan Menangis

Matius 7:7–11 - "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (Matius 7:7)

Tidak ada ibu yang senang melihat anaknya menangis. Air mata dan suara tangisan anak balita bisa mencabik hati seorang ibu. Maka, sebisa mungkin, para ibu akan berusaha menenangkan, memeluk, atau memenuhi keinginan sang anak agar tangis itu reda. Namun, bagaimana jika anak itu menangis keras karena menginginkan sesuatu yang berbahaya—seperti pisau tajam yang ada di atas meja? Dalam kasus ini, tidak sedikit ibu yang memilih berkata, “Biarkan saja dia menangis,” karena memberikan pisau tentu bukanlah bukti kasih, melainkan sebuah kelalaian.

Kita yang dewasa tentu memahami bahwa larangan itu bukan karena si ibu tidak mengasihi anaknya, tetapi justru karena ia sangat peduli. Namun, anak kecil belum bisa memahami alasan di balik keputusan itu. Bagi mereka, segala sesuatu yang menarik adalah sesuatu yang harus dimiliki. Ketika permintaan ditolak, mereka mudah menuduh orang tuanya tidak sayang, tidak perhatian, atau bahkan kejam.

Bukankah terkadang iman kita kepada Tuhan serupa dengan tingkah anak-anak itu? Kita memohon sesuatu dengan sangat, berharap Tuhan menjawab dengan segera. Kita mungkin sudah mengutip ayat-ayat Alkitab tentang janji Tuhan yang menjawab doa. Kita merasa yakin telah memenuhi syarat iman dan ketekunan, lalu bertanya-tanya: “Mengapa Tuhan belum juga menjawab?” Bahkan, kita mungkin merasa kecewa, terluka, dan—dalam keheningan—menangis.

Namun, seperti seorang ibu yang membiarkan anaknya menangis karena tidak memberikan pisau, Tuhan pun terkadang membiarkan kita menangis. Bukan karena Ia tidak peduli, melainkan karena Ia tahu apa yang terbaik. Ia melihat hal-hal yang belum bisa kita pahami. Ia tahu bahwa ada bahaya di balik apa yang tampak menarik, ada luka di balik keinginan yang tampaknya baik. Kasih Tuhan tidak selalu dinyatakan dalam pemberian yang sesuai dengan permintaan kita—tetapi selalu dinyatakan dalam keputusan-Nya yang bijak dan penuh kasih.

Inilah pentingnya pertumbuhan iman. Iman yang dewasa tidak hanya tahu bagaimana meminta, tetapi juga tahu bagaimana mempercayakan hasilnya kepada Tuhan. Ia tidak lagi merengek minta susu, melainkan berserah, tahu bahwa apa pun yang diberikan Tuhan—atau bahkan yang tidak diberikan—semuanya untuk kebaikan kita dan demi kemuliaan-Nya. Kita pun belajar bahwa iman dan ketekunan bukan jaminan akan terkabulnya semua doa, tetapi keduanya adalah jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya dan memahami isi hati-Nya.

Jadi, ketika Tuhan seolah membiarkan kita menangis, bukan berarti Ia jauh. Ia sedang mengasihi dengan cara yang mungkin tidak kita mengerti sekarang, tetapi kelak akan kita pahami. Jangan berhenti meminta, tetapi belajarlah juga untuk menerima penundaan atau bahkan penolakan dengan iman yang percaya penuh. Tuhan yang penuh kasih tidak akan pernah keliru dalam menjawab doa anak-anak-Nya.


Pembacaan GEMA hari ini:

Kis 18:1-21


Pokok Doa:

1. Mintalah kepada Tuhan Yesus bagi perdamaian dunia karena konflik Israel-Iran kiranya terwujud dan perang berhenti.

Bagikan

Lainnya

Subscribe ke Renungan Harian GKMI Anugerah

Dapatkan panduan pertumbuhan iman harian dari GKMI Anugerah di WhatsApp Anda.