Pendeta Bower menceritakan pengalaman pribadinya ketika ia sedang bekerja dengan anaknya. Sebagai seorang pria dengan  tubuh besar dan berotot, ia selama ini turut membantu para tukang dalam pembangunan gedung gerejanya, termasuk mengangkat berbagai material bangunan. 

Pada suatu hari, Bower hendak memindahkan balok baja berukuran besar yang beratnya kira-kira 150 kg. Ia memanggil anaknya dan berkata, “Nak, kemari! Kamu pegang sisi yang satunya dan kita akan memindahkan balok ini bersama!” Si anak yang badannya lebih kecil daripada ayahnya berupaya mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengangkat balok penopang itu. Namun bukannya balok itu yang terangkat, justru bahu si anak yang terkilir sehingga ia perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Pendeta Bower rupanya lupa akan ketidakmampuan anaknya untuk menangani beban seberat yang dapat ia lakukan.

Pemazmur Daud menyatakan bahwa Tuhan ingat bahwa kita ini debu. Debu menggambarkan material yang sangat kecil dan tak berarti. Di hadapan Allah yang Maha segalanya, Daud hanyalah makhluk kecil seperti debu. Itulah sebabnya Daud memperkatakan kepada dirinya yang ‘debu’ untuk memuji Allah dan tidak melupakan segala kebaikan-Nya.

Tidak seperti ayah kita di dunia yang pelupa, Allah Bapa kita di sorga tahu apa kita. Termasuk Allah tahu dengan pasti seberapa kemampuan kita. Allah tidak pernah mengijinkan kita menanggung beban melebihi yang dapat kita tanggung. Kita dapat melakukan semua hal yang telah diijinkan Tuhan untuk terjadi. Mari kita memuji Allah karena Dia ingat bahwa kita adalah debu. Amin.