Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain. Dan ketika kita tidak seperti mereka atau tidak dapat melakukan apa yang mereka lakukan, maka kita berasumsi ada yang salah dengan diri kita. Ketika melihat tetangga punya kehidupan yang lebih baik secara materi, teman kita yang lebih pandai, orang lain lebih sehat dari kita, dan banyak perbandingan lainnya sehingga tanpa sadar pikiran kita mempertanyakan, “Apakah Tuhan lebih mengasihi dia dibandingkan saya ?” Inilah asumsi-asumsi yang justru meracuni pikiran kita.

Saya punya kabar baik bagi anda. Oleh karena faktanya adalah Tuhan mengasihi anda dan saya apa adanya, tanpa syarat! Mengetahui bahwa Tuhan mengasihi kita tanpa syarat adalah syarat mutlak untuk melangkah maju dalam perjalanan hidup kita bersama-Nya. Yesus bukan mati agar kita dapat beragama melainkan agar kita memiliki hubungan yang dekat dan personal dengan Dia. Agama memberi kita aturan dan peraturan untuk diikuti agar dekat dengan Tuhan namun relasi memungkinkan kita mengetahui bahwa kita dapat dekat dengan-Nya karena Dia telah memilih kita sebagaimana bacaan kita hari ini.

Kita tidak akan tergerak mendekat kepada Tuhan jika kita takut Dia tidak berkenan dengan kita. Sangat penting bagi kita untuk belajar bagaimana memisahkan betapa berharganya diri kita di hadapan Tuhan dari hal-hal yang benar atau salah yang kita lakukan. Bagaimana kita dapat berharap untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Allah melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus jika kita tidak yakin bahwa kita dikasihi tanpa syarat?

Hubungan yang baik harus didasarkan pada kasih dan penerimaan, bukan pada rasa takut. Terlalu sering kita tertipu dengan berpikir bahwa penerimaan kita didasarkan pada kinerja kita. Kita dikasihi, diterima oleh Tuhan dan dibenarkan di hadapan-Nya karena kita menaruh iman kita kepada Yesus Kristus dan pekerjaan yang telah Dia lakukan bagi kita di kayu salib. Dia telah menebus dosa dan kesalahan kita. Dia telah membebaskan kita dari rasa bersalah dan mendamaikan kita dengan Tuhan. Sekarang, ketika kita berdiri di hadapan Tuhan, kita memiliki kebenaran bukan pendakwaan. Dan kita memilikinya karena Dia memberikannya sebagai anugerah, bukan karena kita telah memperolehnya. Berbahagialah kita yang tahu bahwa kita memiliki kedudukan yang benar di hadapan Tuhan terlepas dari usaha yang kita lakukan. Ia mengasihi kita tanpa syarat. Amin