Ketika Yesus tiba setelah Lazarus mati, banyak orang menganggap kehadiran-Nya terlambat. Dalam pandangan mereka, Yesus mungkin sanggup menyembuhkan orang sakit, tetapi tidak bisa melakukan sesuatu terhadap orang yang sudah meninggal. Bukankah jika Yesus mau, Dia bisa mencegah kematian Lazarus? Marta pun merasa kecewa dan kehilangan harapan karena terbatasnya pemahamannya akan kuasa Yesus.

Namun, apa yang Yesus lakukan selanjutnya mengajarkan kita bahwa kuasa-Nya jauh melampaui pemahaman manusia. Lazarus dibangkitkan setelah empat hari dalam kubur, ketika tubuhnya sudah membusuk. Mukjizat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya mampu menyembuhkan, tetapi juga mengatasi batasan waktu, keadaan, dan bahkan kematian. Dia ingin kita percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Kita sering menghadapi tantangan yang tampaknya tidak mungkin diatasi: tekanan akademik, karier yang tidak menentu, hubungan yang rumit, atau bahkan krisis identitas. Kita mungkin merasa bahwa Tuhan terlambat menjawab doa kita, atau bahkan tidak peduli dengan pergumulan kita. Namun, melalui cerita Lazarus, kita diingatkan bahwa Tuhan bekerja dengan waktu-Nya sendiri, dan rencana-Nya selalu yang terbaik.

Mungkin kita juga seperti Marta, yang percaya pada kuasa Tuhan tetapi hanya sebatas logika manusia. Ketika Yesus berkata bahwa Lazarus akan bangkit, Marta langsung berpikir tentang kebangkitan di akhir zaman, bukan tentang mukjizat yang bisa terjadi saat itu juga. Begitu pula kita, kadang sulit percaya bahwa Tuhan bisa membuat terobosan di tengah situasi yang sudah terlihat mustahil.

Kuasa Kristus yang membangkitkan Lazarus adalah bukti bahwa tidak ada hal yang mustahil bagi-Nya. Dia peduli pada setiap detail hidup kita dan selalu hadir, bahkan di tengah kekecewaan dan rasa putus asa. Jika kita percaya, Dia dapat membangkitkan harapan yang mati, mimpi yang tertunda, dan hati yang lelah. Mari datang kepada-Nya, percaya sepenuhnya, dan lihat bagaimana kemuliaan-Nya dinyatakan dalam hidup kita.