Surat Efesus banyak bicara soal kehidupan baru dalam Kristus, dan pasal 5 secara khusus menyoroti hubungan dalam keluarga Kristen. Ayat ini bukan cuma perintah moral, tapi ajakan untuk meneladani kasih Yesus yang rela mengorbankan diri bagi jemaat-Nya.

Secara teologis, kasih suami kepada istri (dan sebaliknya) adalah gambaran dari hubungan Kristus dengan jemaat-Nya. Jadi, cinta dalam keluarga Kristen bukan hanya soal romantis, tapi kasih yang kudus, pengorbanan yang murni, dan komitmen yang tak tergoyahkan.

Kata “menyerahkan diri” merujuk pada penyaliban Kristus artinya kasih sejati dalam keluarga pun siap menanggung beban, mengalahkan ego, dan menomorsatukan kebaikan orang lain.

Dalam keluarga, kasih bukan cuma soal bunga dan pelukan. Tapi soal siapa yang rela meminta maaf lebih dulu, siapa yang tetap setia saat pasangan lagi lemah, dan siapa yang memilih diam untuk menjaga damai.

Yesus gak mencintai kita karena kita sempurna justru saat kita berdosa, Dia mati untuk kita. Begitu juga dalam keluarga: kasih itu tetap setia meskipun ada luka, tetap memberi meski tidak dibalas sempurna.