Jikalau anda mengamati berbagai bangunan tua eropa bergaya romawi, memiliki rangka lubang jendela atau pintunya yang tersusun dari batu bata dengan bentuk persegi di bagian bawah dan lengkungan di bagian atasnya. Sedangkan di sisi puncak lengkungan terdapat sebuah batu berbentuk trapesium yang diberi nama keystone (batu pengunci). Batu ini berfungsi lebih dari sekedar penunjang estetika, karena menjadi kunci kekuatan bukan hanya bukaan jendela / pintu saja, namun seluruh bangunan. Itulah mengapa dalam proses pembangunan, keystone ditempatkan paling akhir supaya beban bangunan dari atas dapat disalurkan merata ke bawah. Dan hal ini terbukti dari banyaknya peninggalan romawi yang masih bertahan hingga sekarang, bukan ? Pertanyaannya, bagaimana jika 1 batu pengunci ini diambil ? dapat dipastikan bukan hanya bukaan jendela itu saja yang akan mudah runtuh, namun seluruh struktur bangunan kehilangan kekuatannya. Luar biasa bukan, peran dari keystone ini ?

Dalam iman Kekristenan, Yesus dapat diibaratkan sebagai keystone, batu pengunci itu. Dialah Pribadi yang paling sentral, yang mampu menjadi kunci jawaban dari semua pergumulan kehidupan manusia. Yesuslah pusat dari pemberitaan para nabi dalam Perjanjian Lama. Melalui karya kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menyelesaikan persoalan terbesar manusia yakni dosa dan upah dosa yaitu maut. Para rasul pada jaman Perjanjian Baru begitu terpikat pada kehidupan Yesus sehingga Rasul Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil. 1:21). Jikalau tanpa keystone bangunan akan kehilangan kekuatannya, demikian pula tanpa Yesus kehidupan manusia tiada artinya.

Demikian hendaknya Pribadi Yesus menjadi keystone dalam kehidupan kita. Kekristenan dan Alkitab tanpa Yesus hanyalah menjadi agama dan kitab suci yang mengajarkan tuntunan moral semata. Namun ketika kita berjalan bersama Yesus melalui tuntunan Roh Kudus, belajar melihat, berpikir dan bertindak berdasarkan Firman-Nya, Dia akan menjadi keystone hidup kita. Amin