Bagi anda penggemar tinju tentu sudah tidak asing dengan nama Evander Holyfield, seorang petinju kelas berat berkebangsaan Amerika Serikat pada era 80-90an. Ia menjadi penantang dari Mike Tyson, sang juara kelas berat yang sangat sulit dihadapi pada waktu itu. Tanggal 10 Nov 1996 menjadi pertandingan tak terlupakan antara Holyfield & Mike Tyson oleh karena di jubahnya Holyfield berwarna ungu tertulis dengan jelas “Phillipians 4:13” atau Filipi 4:13 yang berbunyi, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Dengan ayat itu, Holyfield seolah hendak menunjukkan kepada dunia bahwa ia dapat menanggung segala perkara, dalam hal ini mengalahkan Mike Tyson oleh karena kekuatan yang diberikan oleh Tuhan. Dan memang sungguh pada hari itu Holyfield memenangkan pertarungan.

Ayat ini juga sering dipakai banyak orang Kristen untuk menguatkan dirinya menghadapi hal apapun dan keluar sebagai pemenang. Namun sayangnya kalimat “segala perkara dapat kutanggung” ini disalahpahami sebagai ‘oleh karena Kristus yang memberikan kekuatan kepadaku, maka aku bisa meraih apapun juga, keberhasilan yang gemilang” dan tidak akan mengalami kekalahan atau kegagalan. Namun rupanya bukan ini yang Paulus maksudkan. Rahasianya ada di ayat 11 & 12 yang berbunyi, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”

Rupanya kekuatan yang Allah berikan kepada Paulus ialah ketika ia belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Dalam kehidupannya, Paulus sudah mengalami segala keadaan: kelimpahan – kekurangan, kenyang – kelaparan, disanjung – disepelekan dan hal yang baik ataupun buruk. Dalam pelayanan Paulus pemberitaan Injil, tentu ia memerlukan banyak biaya, dan kita tidak tahu apakah pekerjaannya sebagai tukang kemah dapat mencukupi kebutuhannya. Ketika menulis surat kepada jemaat di Filipi ini ia berada dalam situasi yang serba kekurangan oleh karena berada di penjara Roma. Ia tidak memperoleh tempat tidur yang nyaman, makanan yang cukup. Sebaliknya di tengah udara yang pengap, tangan diborgol dan makanan seadanya. Namun kita bisa melihat bahwa justru dari situasi serba kekurangan inilah lahir karya Paulus yang kemudian dikanonkan, menjadi pegangan Firman Tuhan bagi kita sampai saat ini. Artinya, bahwa dalam kondisi apapun yang Paulus hadapi, ia bisa melaluinya oleh karena Kristus yang memberikan kekuatan kepadanya. Sukacita Paulus bukan didasarkan kepada situasi, baik atau buruknya kondisi lingkungan di sekitarnya, namun janji Allah di dalam Kristus yang kekal. Terkadang kekuatan yang Allah berikan kepada kita bukan untuk memperoleh sesuatu, namun untuk berjalan melalui sesuatu yang sebenarnya tidak pernah kita harapkan.

Sebagai pengikut Kristus, jika kita menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk meraih keberhasilan dalam hidup, kita akan menjadi orang-orang yang frustrasi ketika justru hal sebaliknya yang terjadi. Contohnya, sebagai karyawan kita menghadapi lingkungan kerja yang begitu berat menekan, belum lagi rekan-rekan kantor yang sering mencibir kita. Sebagai anak muda, kita gagal mendapatkan pacar yang kita kejar selama ini. Sebagai ibu rumah tangga kita mendapati anak kita begitu sulit dinasehati dan sering membuat kita jengkel padahal sudah sekian lama kita mendoakannya, dan berbagai pergumulan lainnya. Oleh karenanya, sebagai murid Kristus mari kita belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan karena dari situlah kekuatan akan Tuhan berikan bagi kita. Amin.