Apakah mungkin kita bisa selalu bersukacita? Bagaimana bisa bersukacita kalau sedang menghadapi pergumulan berat seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, kehilangan pekerjaan, atau ditinggal orang yang dikasihi?

Perlu kita tahu, saat Paulus menulis surat Filipi ini, ia sedang berada dalam penjara. Bukan cuma terkurung, ia juga mendengar kabar tidak mengenakkan: seperti renungan kemarin yang kita dengar permasalahan jemaat Filipi yang sedang mengalami penganiayaan, perselisihan, bahkan diganggu ajaran sesat. Namun, di tengah semua itu, Paulus tetap berkata, “Bersukacitalah senantiasa.”

Kalau kita membaca seluruh isi kitab Filipi yang hanya empat pasal kita akan menemukan kata “sukacita” atau “bersukacitalah” disebut berulang kali. Tema sukacita menjadi inti dari surat ini. Lalu, apa rahasia Paulus bisa tetap bersukacita meski dalam kondisi sulit? Rahasianya adalah karena ia punya sumber sukacita yang sejati yaitu Tuhan. Paulus tidak berkata asal bersukacitalah, tapi “bersukacitalah dalam Tuhan.”

Ungkapan “dalam Tuhan” di sini menunjukkan bahwa sekalipun ada kesulitan, Tuhan tetap memegang kendali penuh. Dia adalah Allah yang berdaulat atas hidup kita. Ketika kita percaya bahwa Tuhan berkuasa atas segalanya, kita akan punya kekuatan untuk tetap bersukacita di tengah situasi paling rumit sekalipun. Apa yang menjadi sumber sukacita dalam hidupmu? Mari sadari bahwa sukacita sejati datang dari Tuhan yang memimpin dan mengatur hidup kita. Yesuslah yang memberi kita kemampuan untuk tetap bersukacita, kapan pun dan dalam kondisi apa pun.