“Tidak bisa pak! Apa yang dia buat sudah sangat menyakitkan!” demikian cerita seseorang yang tersakiti. Apa tanggapan saudara? Saudara bisa saja berkata, ya tidak boleh demikian sebab orang Kristen harus mengampuni. Atau ada yang berkata, "biarin ah itu urusannya, bukan urusan saya." Atau ada juga yang berkata, "lebih baik mengampuni daripada dihantui rasa bersalah kalau tidak mengampuninya."

Saudara berbagai tanggapan diatas setidaknya merefleksikan bahwa ternyata mengampuni kesalahan orang lain itu tak semudah yang dibayangkan. Sulit bagi kita untuk menerima kesalahan dan ketidaksempurnaan orang lain, demikian sebaliknya. Jujur seringkali masih ada syarat dan ketentuan berlaku ketika kita harus mengampuni orang lain, apalagi kalau kesalahannya lagi..lagi dan lagi…

Menjadi perjalanan panjang dan melelahkan untuk dapat mengampuni orang lain. Dan inilah yang Paulus ajarkan kepada jemaat Kolose dalam teks ini. Sebuah fakta menarik menyatakan ternyata perjalanan untuk memberikan pengampunan ini juga menjadi fakta pembentukan diri Allah bagi kita. Pembentukan di mana saudara dan saya diajar melihat seburuk apapun kejahatan yang orang lain menjadi pembuktian kepada kita ternyata kita pun sama dengan mereka, hanya saja Kristus mengampuni kita dan Allah menerima kita. Kristus yang layak, menjadi tidak layak karena menanggung kesalahan kita. Kristus yang tidak berdosa, kepada-Nya ditimpakkan segala dosa kita.

Fakta ini membuka mata hati kita untuk dapat melihat dan belajar menerima orang lain dengan segala kesalahannya sebab kita pun juga sama bersalahnya, namun Kristus tetap mengasihi dan telah mengampuni kita. Jadi sekarang, saudara jangan merasa takut dan berdosa jikalau mungkin ‘sulit’ mengampuni kesalahan orang lain. Bila demikian terjadi sudah waktunya saudara untuk memandang Kristus mencari wajah dan kekuatan-Nya. Berhenti membebani dengan perasaan bersalah, tetapi izinkan Kristus yang sudah mengampuni memproses hidupmu. Amin.