5/5/2025
Tidak Melupakan Keadilan
Yoh 8:2-11
Dalam sebuah kejadian sederhana, seorang anak memukul temannya. Sang ibu melihat peristiwa itu, namun ia memilih diam. Ia tidak menegur, tidak menghukum, bahkan tidak menasihati anaknya. Ia membenarkan sikap diamnya dengan pikiran: "Aku mengasihi anakku." Namun, keesokan harinya, anak itu kembali mengulangi perbuatannya terhadap teman lain. Apakah benar sang ibu mengasihi anaknya? Tidak. Kasih sejati tidak membiarkan ketidakadilan berlanjut. Kasih yang benar justru menuntut adanya tindakan yang membangun dan mendidik. Kasih tidak memalingkan muka dari pelanggaran, tetapi merespons dengan kebenaran dan keadilan.
Sikap inilah yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus dalam peristiwa perempuan yang kedapatan berzina. Saat para ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa perempuan itu kepada-Nya, mereka ingin mencobai Yesus: apakah Ia akan membebaskan perempuan itu begitu saja, ataukah Ia akan memerintahkan hukum rajam dilaksanakan? Menariknya, Yesus tidak langsung membela atau menghukum. Ia menunjukkan keadilan terlebih dahulu. Ia mengakui bahwa perempuan itu memang pantas dihukum sesuai hukum Musa. Tetapi Yesus menambahkan sebuah syarat: siapa di antara mereka yang tidak berdosa, hendaklah menjadi orang pertama yang melempar batu. Satu per satu, para penuduh itu pergi, sadar bahwa mereka pun berdosa.
Namun kisah ini tidak berhenti pada pengampunan. Yesus tidak sekadar berkata, "Aku membebaskanmu," lalu membiarkan perempuan itu kembali pada kehidupan lama. Ia menyampaikan perintah tegas: "Pergilah, dan mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi." (Yohanes 8:11b). Ini menunjukkan bahwa kasih Yesus tidak mengabaikan keadilan. Ia mengampuni, tetapi juga menuntut perubahan hidup. Ia mengasihi tanpa menoleransi dosa.
Demikian juga dalam kehidupan kita. Ketika kita harus menanggung konsekuensi dari dosa atau kesalahan kita, janganlah kita tergesa-gesa mempertanyakan kasih Tuhan. Jangan berkata bahwa Tuhan tidak mengasihi kita karena kita harus mengalami penderitaan akibat perbuatan kita sendiri. Justru karena Ia mengasihi kita, Ia membiarkan kita merasakan akibat dari dosa, supaya kita belajar, bertobat, dan tidak mengulanginya lagi. Tuhan mendidik kita dengan kasih yang adil, bukan dengan kasih yang permisif.
Yang lebih indah lagi, keadilan Allah tidak berhenti pada penghukuman. Ia sendiri, melalui pengorbanan Yesus di kayu salib, menanggung hukuman dosa kita agar kita tidak binasa. Kasih-Nya membuat Dia menegakkan keadilan sekaligus membuka jalan keselamatan bagi kita. Mari kita mensyukuri kasih dan keadilan Tuhan dengan hidup dalam pertobatan dan ketaatan kepada-Nya.
Pembacaan GEMA hari ini:
Yoh 4:43-54
Pokok Doa:
1. Doakan untuk Anugerah4Balikpapan dengan rencana pembangunan gedung serbaguna untuk sekolah dan gereja
Bagikan
Lainnya
Subscribe ke Renungan Harian GKMI Anugerah
Dapatkan panduan pertumbuhan iman harian dari GKMI Anugerah di WhatsApp Anda.